ANALISIS KERAGAMAN
GENETIK TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana . L.) DENGAN METODE AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphish)
MAKALAH ILMIAH
OLEH :
ULFA HERYANI
130301018
AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
ANALISIS KERAGAMAN GENETIK TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana . L.) DENGAN METODE AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphish)
MAKALAH ILMIAH
OLEH:
ULFA HERYANI
130301018
AGROEKOTEKNOLOGI
Usulan
Penelitian Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kolokium
Pendukung/Penunjang Pada Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Diketahui Oleh
Dosen Pembimbing Kolokium
NIP. 196708211993012001
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
A.
Analisis
Keragaman Genetik Manggis Menggunakan Teknik Amplified Fragment Length
Polymorphism (AFLP)
Manggis (Garcinia mangostana L.)
adalah komoditas buah asli indonesia yang mempunyai prospek sangat baik untuk
dikembangkan. Manggis merupakan salah satu buah tropis yang sangat terkenal,
dan disebut sebagai Queen of Fruit karena rasa buahnya yang lezat dan
banyak digemari .Selain itu, manggis telah lama dimanfaatkan sebagai
obat-obatan diantaranya sebagai anti inflamasi ,serta sebagai perlakuan
terhadap infeksi dan luka . Perbaikan varietas manggis bertujuan untuk
mendapatkan varietas unggul yang diarahkan untuk mempercepat pertumbuhan
manggis melalui perbaikan sistem perakaran, cepat berproduksi (genjah),
produktivitas tinggi dan kualitas buahnya baik. Pemuliaan tanaman manggis untuk
memperbaiki sifat-sifat tersebut terkendala karena tanaman manggis memiliki
variabilitas genetik yang rendah dan tidak dimungkinkannya peningkatan
variabilitas genetik tanaman manggis melalui persilangan karena bunga jantan
mengalami rudimentasi (Widiastuti. A. dkk.,
2013).
Berdasarkan
data statistic , volume eksport buah mangis tahun 1999 adalah 4.743 ton, sedang
kan volume ekspor buah manggis tahun 2008 adalah 9.465 ton atau meningkat 100%
dalam 10 tahun. Ekspor buah manggis menempati urutan pertama ekspor buah segar
keluar negeri selanjutya nenas, mangga , pisang dan papaya . tujuan Negara
ekspor buah manggus adalah cina termasuk hongkong dan Taiwan, Malaysia dan
singapura , jepang , prancis, belanda dan timur tengah. Luas panen dari tahun
ke tahun meningkat terus. Terbukti tahun 1999 luas panen 4.124 ha mengalami
peningkatan menjadi 9.352 ha pada tahun 2008 atau meningkat 127% dalam 10
tahun. Begitu juga produksi manggis terus meningkat juga19.174 ton pada tahun
1999 menjadi 78.674 ton pada tahun 2008 atau meningkat 310% dalam 10 tahun ( Qosim.A.W.,dkk , 2011).
Para peneliti menemukan beberapa keragaman selama di
lapang. variasi rasa dan ukuran buah terdapat pada manggis di Asia. Terdapat
variabilitas fenotipe pada karakter populasi manggis Sumatera Barat, dan dari
hasil analisis isozimnya, populasi manggis tersebut memiliki keragaman genetik meskipun
sempit. keragaman yang ada pada
sentra-sentra produksi di Jawa diduga merupakan keragaman yang disebabkan oleh
perbedaan kondisi lingkungan. Iradiasi sinar gamma pada biji manggis dapat
menyebabkan perubahan pada karakter morfologi dan anatomi serta perubahan
molekulernya ( Hartuti.F, 2008).
Upaya perbaikan sifat tanaman manggis dengan
meningkatkan keragaman genetiknya perlu dilakukan. Seperti telah diketahui,
modal dasar pemulian tanaman adalah adanya keragaman yang luas. Dengan adanya
variabilitas yang luas, proses seleksi dapat dilakukan secara efektif karena
akan memberikan peluang yang lebih besar untuk diperoleh karakter-karkter yang
diinginkan. Salah satu alternatif yang dapat diaplikasikan dalam rangka
peningkatan variabilitas pada tanaman apomiktik adalah melalui teknik mutasi
buatan . Penggunaan radiasi dengan menimbulkan mutasi atau perubahan susunan
genetik telah banyak menimbulkan dampak positif terhadap bertambahnya jumlah
varietas tanaman baru. Teknik ini memberikan kontribusi dalam meningkatkan
keragaman genetik dan diharapkan dari mutan-mutan yang dihasilkan ada yang
memiliki karakter unggul (Widiastuti.
A. dkk., 2013).
Di
Indonesia tanaman manggis tersebar hamper semua
kepulauan . sentra produksi manggis dijawa barat adalah kabupaten
tasikmalaya (Puspahyang) , purwakarta (Wanayasa), Bogor (Lewiliang , Jasinga)
dan Ciamis (Pangandaran). Spesifikasi
manggis asal puspahiyang yaitu buah berbentuk bulat, rasa segar asam
manis , warna kulit buah merah / ungu kecoklatam , warna daging buah putih ,
degan bobot buah dpat mencapai 8-9 buah/kg, mempunyai aroma yang khas, kulit
buahnya keras mengkilat tipis serta tidak terlalu banyak getahnya ( Qosim.A.W.,dkk , 2011).
Tanaman manggis Masa juvenil yang
sangat panjang, dimana lambatnya pertumbuhan diantaranya disebabkan oleh
buruknya sistem perakaran, penyerapan hara dan air lambat, rendahnya laju
fotosintesis dan rendahnya laju pembelahan sel pada meristem. Biji manggis
terbentuk secara apomiktik dan berkembang dari embrio adventif secara aseksual .
Regenerasi tanaman manggis yang berlangsung aseksual mengakibatkan variabilitas
genetik tanaman ini rendah dan secara genetik tanaman manggis mewarisi sifat
tetua betinanya berdasarkan studi Randomly Amplified DNA Fingerprinting (RAF)
terhadap 37 aksesi tanaman manggis, 70% menunjukkan tidak adanya variasi. pada
30 tanaman manggis yang berasal dari daerah-daerah di Sumatera Barat
menyimpukan bahwa variabilitas genetik melalui uji isozim dikategorikan sempit,
walaupun beberapa karakter memperlihatkan varibiitas fenotip yang luas (Widiastuti. A. dkk., 2013).
Keragaman genetik sangat penting bagi tanaman untuk beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan yang terjadi disekitarnya. Informasi keragaman
genetik tanaman pada tingkat, individu, spesies maupun populasi perlu
diketahui, sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun strategi konservasi,
pemuliaan, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya genetik tanaman secara
berkelanjutan. Penilaian keragaman genetik tanaman dapat dilakukan dengan
menggunakan penanda morfologi, biokimia dan molekuler DNA (Zulfahmi, 2013).
Keragaman genetik tanaman sangat penting juga dalam
ilmu pemuliaan tanaman. Plasma nutfah sebagai substansi sifat keturunan perlu
mendapat perhatian, tidak hanya mengumpulkan dan memeliharanya saja, tetapi
juga perlu dilakukan identifikasi (karakterisasi) dan evaluasi keragaman
genetic dan fenotipnya (Nugraha.
K.D, 2008).
Studi keragaman genetik dapat dilakukan dengan
berbagai marka, misalnya marka morfologi, marka isoenzim, dan marka DNA. Marka
DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari genetik, memperkirakan
keragaman genetik, menyeleksi tanaman dan ternak berbasis marka, serta membuat
peta kloning berbasis gen.Studi keragaman genetik berdasarkan sidik jari DNA
dapat dilakukan dengan berbagai metode, bergantung pada tujuan dan kemudahan dalam
menginterpretasi data. Metode yang sering digunakan untuk tujuan tersebut ialah
yang berbasis polymerase chain reaction (PCR), seperti, randomly amplified polymorphic DNA (RAPD) ,arbitrarily primed PCR (AP-PCR), dan berbasis hibridisasi
DNA. Metode biologi molekuler
yang berbasis molekul DNA dapat digunakan untuk analisis keragaman, karena masing-masing individu memiliki urutan DNA yang berbeda. Informasi urutan ini dapat digunakan untuk mempelajari perbedaan genetik dan hubungan kekerabatan antara individu dan jenis organism ( Makful.S ,
2010).
B.
PENANDA
MOLEKULER
Untuk memonitor terkombinasi genom pada tanaman
dalam kegiatan pemuliaan tanaman selain dilakukan pengukuran langsung terhadap
fenotipe, juga digunakan berbagai penanda, antara lain penanda morfologi dan
sitologi. Penanda morfologi adalah penanda yang berdasarkan organ-organ tanaman
yang mudah diamati. Namun demikian, penanda ini memiliki kelemahan-kelemahan
antara lain sifat penurunan yang dominan atau resesif, dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan mempunyai tingkat keragaman (polimorfisme) rendah serta jumlah
yang sedikit. Sedangkan penanda sitologi adalah penanda yang digunakan untuk
membantu pemuliaan tanaman melalui ukuran kromosom .Penggunaan penanda sitologi
khususnya pola pita kromosom dengan ukuran yang relatife besar , misalnya pada
tanaman gandum (Sudarmi, 2013)
Pemakaian penanda molekuler berdasarkan pola pita
DNA telah banyak digunakan untuk menyusun kekerabatan beberapa individu dalam spesies
maupun kekerabatan antar spesies. Penggunaankekerabatan dapat dijadikan rujukan
dalam pemuliaan persilangan untuk mendapatkan keanekaragaman yang tinggi dari
hasil persilangan. Penggunaan penanda DNA dapat membantu pelaksanaan pemilihan
tetua persilangan yang memiliki perbedaan tinggi secara Genetik (Syam. R, dkk
. 2012).
Markah molekuler adalah suatu penanda pada level DNA
yang menawarkan keleluasaan dalam meningkatkan efisiensi pemuliaan konvensional
dengan melakukan seleksi tidak langsung pada karakter yang diinginkan, yaitu
pada markah yang terkait dengan karakter tersebut. Markah molekuler tidak
dipengaruhi oleh lingkungan dan dapat terdeteksi pada semua fase pertumbuhan
tanaman. Oleh karena markah molekuler dapat mengkarakterisasi galur-galur
secara langsung dan tepat pada level DNA sehingga dapat dibentuk kelompok
heterotik dan pola heterotik, yang dapat memandu para pemulia dalam menyeleksi
kandidat tetua hibrida secara cepat, tepat, dan efisien. Selain itu,
markah-markah tersebut dapat bermanfaat dalam mengidentifikasi perbedaan
tanaman secara individu melalui profilprofil unik secara alelik yang
diaplikasikan dalam perlindungan kultivar tanaman ( Marcia.
B. dkk.,2016)
Kemajuan dalam bidang bioteknologi, khususnya pada
biologi molekuler membuka peluang penggunaannya dalam memecahkan berbagai masalah
pemuliaan tanaman. Dalam pemuliaan konvensional menggunakan hasil observasi
fenotipe,kadang-kadang didukung oleh statistika yang rumit dalam menyeleksi
individu unggul pada suatu populasi tanaman. Namun demikian, tugas ini terkesan
sulit karena kerumitan genetika dari sebagaian besar sifat-sifat agronomi dan adanya
interaksi yang kuat dengan faktor lingkungan. Oleh karena itu pemuliaan tanaman
di masa mendatang akan lebih mengarah kepada penggunaan teknik dan metodologi
pemuliaan molekuler dengan menggunakan penanda genetik. Dengan penggunaan “pemuliaan
molekuler” ini telah menjanjikan kesederhanaan terhadap kendala dan tantangan
dalam pemuliaan tanaman yang rumit. Seleksi tidak langsug dengan menggunakan
penanda molekuler yang terikat dengan sifat-sifat yang diinginkan telah memungkinkan
studi individu pada tahap pertumbuhan dini, mengulangi permasalahan yang berkaitan
dengan seleksi sifat-sifat ganda dan ketidaktepatan pengukuran akibat ekspresi
sifat yang disebabkan oleh faktor eksternal lokus genetik ganda (Sudarmi,
2013).
Amplified fragment length polymorphism (AFLP)
adalah teknik studi keragaman genetic berdasarkan fragmen pemotongan DNA
dan amplifikasi DNA. Teknik ini lebih baik dari teknik RAPD. Pita-pita
polimorfisme yang dihasilkan teknik AFLP sekitar 50-100 pita, sedangkan
teknik RAPD hanya menghasilkan sekitar 50 pita (Sobir dan Poerwanto
2007). Selain itu data keragaman genetik yang dihasilkan dari teknik
AFLP lebih akurat dibandingkan RAPD Walaupun demikian, RAPD lebih murah dan
lebih sederhana dibanding AFLP (Makful.S , 2010).
Kelemahan dari teknik AFLP adalah cara aplikasinya
relatif lebih rumit, sehingga memerlukan waktu lebih lama, keterampilan khusus,
serta pengadaan alat dan bahan sangat mahal. Teknik ini sedikit rumit karena
melibatkan enzim restriksi dan amplifikasi. Prosedur AFLP lebih banyak
membutuhkan tenaga dan lebih mahal daripada analisis RAPD, Marka AFLP mirip
dengan RAPD, tetapi primernya spesifik dan jumlah pitanya lebih banyak. Marka
AFLP dikategorikan 18-25 nukleotida, konsisten denganklasifikasi atas dasar
taksonomi dan asal daerah ( Afifah.N.
E, 2012).
Analisis
keanekaragaman genetik pada prinsipnya bertujuan mengkaji komposisi genetik
individu di dalam dan atau antarpopulasi, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya modulasi atau dinamika keanekaragaman genetik dari
populasi tersebut. Secara umum keragaman genetic pada suatu populasi dapat
terjadi karena gen mengalami mutasi, rekombinasi, dan perpindahan sekelompok populasi
dari suatu tempat ke tempat lain .Struktur genetik dari suatu populasi
dipengaruhi pula oleh beberapa faktor, seperti besarnya populasi, cara
reproduksi individu yang diteliti, aliran gen, dan seleksi alam (Makful.S ,
2010).
Kegiatan pengembangan varietas manggis dilakukan
melalui studi genetika manggis, meningkatkan keragaman genetik manggis, karakterisasi
mutan manggis, penyimpanan tepung sari manggis. Kegiatan ini bertujuan untuk
mendapatkan maksimal 10 aksesi manggis terdeskripsi dan tervalidasi. Analisis
molekuler dilakukan dengan teknik RAPD yang terbagi atas dua kegiatan, yaitu
(1) analisis molekuler antar aksesi dari berbagai lokasi, dan (2) analisis
molekuler antara tanaman induk dan keturunannya. Bahan analisis digunakan dari
desa Sungai Naning, Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat dengan tanaman keturunannya.
Hasil observasi morfologi menunjukkan adanya perbedaanbentuk dan warna buah.
Bentuk buah yang teridentifikasi adalah bulat, gepeng, memanjang, runcing atau
tidak beraturan. Warna buah teridentifikasi adalah kuning muda, kuning, dan
hijau. Hasil analisis RAPD menunjukkan bahwa primer OPH-20 memiliki tingkat
polimorfisme tertinggi. Keragaman genetik manggis sempit karena umumnya identik
dengan induknya (Manuwoto. S. dkk,.2016)
Normal pada makhluk hidup, baik dalam kehidupan tumbuhan,
hewan, maupun manusia. Ciri-ciri fisik setiap makhluk hidup yang tampak secara
visual dapat mudah dikenali, karena tidak memerlukan alat bantu. Namun ciri
fisik dalam aras molekuler hanya dapat dikenali dengan alat-alat bantu atau teknik-teknik
pemeriksaan laboratorium tertentu yang memerlukan ketelitian tinggi. Organisme dapat
berbeda dalam bentuk individu (polimorfisme fenotip), bentuk organ, enzim
(polimorfisme protein), substansi darah (polimorfisme biokimia), dan perbedaan
urutan nukleotida (polimorfisme DNA) Studi genetik apomiksis biasa dilakukan
dengan cara membedakan karakteristik tanaman induk dengan keturunan-keturunan yang
menyimpang. Di lain pihak, studi pada tanaman apomiksis obligat menghadapi kesulitan,
karena variabilitas genetic yang rendah dan siklus hidup tanaman yang lama. Untuk
itu perlu dibuat teknik merangsang variasi baru, di antaranya transfer
apomiksis kepada tanaman amfimiksis . Sebagai langkah awal untuk perbaikan klon
manggis informasi dasar variabilitas genetik pada manggis sangat diperlukan
untuk menentukan langkahlangkahpemuliaan lebih lanjut. Manggis berkembangbiak
secara aseksual melalui jaringan proembrio jaringan ovular yang menghasilkan
keturunan sama dengan induknya. Walaupun demikian, masih dimungkinkan adanya
variasi genetik tanaman manggis di alam. Berdasarkan uraian tersebut dilakukan penelitian
analisis keragaman genetik manggis menggunakan teknik AFLP yang bertujuan untuk
mengetahui keragaman genetik manggis dari beberapa daerah di Indonesia
(Makful.S , 2010).
Polimorfisme dalam analisis AFLP berasal dari tiga
sumber, yaitu: (1) variasi sekuen pada satu atau kedua tempat restriksi fragmen
flanking tertentu, (2) insersi dan delesi dalam amplifikasi fragmen, dan (3) perbedaan
dalam sekuen-sekuen nukleotida yang berdekatan terhadap titik restriksi. AFLP
memiliki tingkat polimorfisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan RFLP.
Keuntungan teknologi AFLP adalah proses PCR yang cepat, menggunakan primer
acak, dan tidak membutuhkan informasi sekuen. Keuntungan tersebut membuat AFLP
dapat diaplikasikan untuk studi taksonomi secara molekuler, genetika populasi,
identifikasi klon, kultivar, konstruksi peta genetik, dan lain-lain. Analisis
AFLP juga mempunyai sejumlah keterbatasan, seperti, penanda dominan,
terbatasnya tingkat polimorfisme dalam beberapa kultivar, membutuhkan kualitas
dan jumlah DNA yang tinggi (Zulfahmi, 2013).
C.
ISOLASI DNA
Genom DNA diisolasi dari Sembilan contoh tanaman
manggis, yaitu: 8-(Garcinia sp. manggis hutan-1), 13-(G. mundar),
17- (Garcinia sp. manggis hutan-asam), 19-(G.mangostana Pasarminggu-2),
20-(G. mangostana Pasarminggu-1), 22-(G. mangostana Jayanti-2), 25-(G.
malaccensis-Jambi), 26-(G. malaccensis Bukit Kawang Medan PK 1), dan
27-(G.malaccensis Bukit Lang PK 2) dengan prosedur Orozco-Castillo
(1994). Sebanyak 0,3 g daun manggis muda dikoleksi dan didinginkan dengan nitrogen
cair. Genom total dari sampel jaringan diisolasi ke dalam 2 ml tabung
eppendorf. Genom total dicuci dua kali dengan alcohol 70%, dikeringkan dan
dilarutkan ke dalam 500 ul buffer TE (100 mM Tris-HCl, 1 Mm EDTA, pH
7,5), kemudian ditambah 20 ul RNAse (10 mg/ml) dan diinkubasi pada suhu 37°C
selama 1 jam. DNA dipresipitasi dengan 2 volume etanol absolut dan 0,1 volume
Na-acetat 3 M. Konsentrasi DNA sampel tersebut dideterminasi dengan elektroforesis
pada 1,4% agarose .
D. ANALISIS
AFLP
Metode AFLP mengikuti prosedur standar AFLP
analysis system I (cat.no. 10544-013) Gibco BRL Life Technologies. Genom
DNA yang berkualitas tinggi sebanyak 0,5 g dipotong dengan sepasang enzim
restriksi (Pst I dan Mse I), kemudian diligasi dengan adaptor rantai
ganda Pst I dan Mse I. Adaptor dan 1 unit T4 DNA ligase kemudian
ditambahkan ke dalam unit reaksi pada suhu 20°C selama 2 jam. Hasil ligasi diencerkan
1:10 dengan buffer TE, kemudian dipakai sebagai cetakan untuk Pre-PCR.
Reaksi Pre-PCR terdiri atas 1 ng DNA terligasi, 40 ul PCR-mix, 1 x buffer
PCR, dan 1 unit taq polimerase. Polymerase chain reaction-mix diamplifikasi
sebanyak 20 kali dengan kebutuhan suhu dan waktu .
Setelah diamplifikasi, produk diencerkan 1:50 dalam buffer
TE. Semua sampel secara selektif diamplifikasi dengan 64 kemungkinan
kombinasi primer. Amplifikasi yang terpilih terdiri atas 1x buffer PCR, 1
unit taq pol, primer terpilih Eco RI 0,5 μl dan Mse I sebanyak 4,5 μl dan 5 μl
diencerkan DNA Pre- PCR dalam 20 μl volume reaksi Pada penelitian ini waktu dan
suhu optimum untuk penempelan primer adalah siklus dengan suhu penempelan
primer berurut berkurang 2°C setiap dua siklus untuk delapan siklus (63°C x
2,61°C x 2, 59°C x 2, 57°C x 2) dan dilanjutkan 23 siklus dengan suhu
penempelan primer 56°C. Hasil produk PCR dielektroforesis pada 7% PAGE,
didenaturasi dengan 7 M Urea dan diwarnai dengan silver stained. Ada dan
tidaknya pita dinilai dengan skor secara manual (Makful.S , 2010).
KESIMPULAN
1.
Dari sembilan sampel manggis yang
diperoleh dari berbagai lokasi di Indonesia ditemukan adanya keragaman genetik.
2.
Dengan menggunakan analisis klaster pada
nilai koefisien kesamaan genetik di atas 75% diperoleh tiga kelompok aksesi
manggis, yaitu kelompok 1 Garcinia sp. Sampel 8-(Garcinia sp.
Manggis Hutan-1), 13-(G. mundar), 17-(Garcinia sp. Manggis
Hutan Asam), kelompok 2 G. mangostana, sampel 19-(G. mangostana Pasarminggu-2),
20-(G. mangostana Pasarminggu-1), 22-(G. mangostana Jayanti-2),
dan kelompok 3 G.malaccensis sampel 25-(G. malaccensis- Jambi),
26-(G. malaccensis Bukit Kawang Medan PK 1), dan 27-(G. malaccensis Bukit
Lang PK 2), sedang pada nilai koefisien kesamaan genetik 60% sembilan aksesi
manggis terkelompok menjadi satu.
3.
Informasi variabilitas genetik tersebut dapat dijadikan dasar bagi pemanfaatan plasma
nutfah manggis yang ada dalam program pemuliaan manggis.
DAFTAR
PUSTAKA
Afifah.N.E.,2012. Makalah Seminar Penggunaan Penanda Molekuler Untuk
Mempercepat Dan Mempermudah Perbaikan Kualitas Tanaman The (Camellia Mensi (L) O.Kunte). UGM. Yogyakarta.
Hartuti. F.2008. studi
keragaman morfologi populasi bibit manggis (Garcinia
mangostana .L) Asal tempat
produksi di kabupaten tasikmalaya IPB. Bogor.
Makful.S, Purnomo. S.
2010. Analisis keragaman genetic Manggis menggunakan teknik Aplified Fragment
Length Poly Morphish (AFLP). BPTP. Malang.
Manuwoto.S., Roedy. P., Kusuma .
D.,20r16. Pengembangan buah –buahan unggulan Indonesia.
Marcia.B.,Pabondon.M.,
Azral. F .,Kasim, Madey .M. 2016.Prospek Penggunaan markah molekuler dalam
program pemuliaan jagung. BPTS. Lembang.
Nugraha. K.D. 2008.
Analisis keragaman Pola pita isozim tanaman manggis (Gercinia Mangostana .L.)
Jogorogo. Universitas sebelas maret. Surakarta.
Qosim .A.W.,Neni.R.,
Ayoni.M.,2011. Variabilitas fenotifk dan kekerabatan tanaman manggis di lima
desa kecamatan puspahiyang kabupaten taikmalaya . UNPAD. Bandung.
Sudarmi.2013. Peranan
biologi molekuler pada pemuliaan . universitas veteran bangun Nusantaara sukoharjo.
Syam.R.,Gusti.R.S.,Muzuni.
2012. Analisis variasi genetika jambu mete asal Sulawesi tengah menggunakan
merka molekuler AFLP. Penelitian agronomi. Universittas haluoleo.
Widiastuti.A.,Sobir,Muh.R.Suhartanto.2013.analisis
keragaman genetika menggis (garcinia mangostana) diradiasi gamma berdasarkan
penanda ISSR.
Zulfahmi.2013. penanda
DNA untuk analisis genetika tanaman . UIN Sultan Syarifkasin. Riau.