Tuesday, 6 December 2016

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana . L.) DENGAN METODE AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphish)

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana . L.) DENGAN METODE AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphish)
 


MAKALAH ILMIAH

OLEH :
ULFA HERYANI
130301018
AGROEKOTEKNOLOGI

















PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

 ANALISIS KERAGAMAN GENETIK TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana . L.) DENGAN METODE AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphish)

MAKALAH ILMIAH







OLEH:
ULFA HERYANI
130301018
AGROEKOTEKNOLOGI


Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kolokium Pendukung/Penunjang Pada Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara


Diketahui Oleh
Dosen Pembimbing Kolokium



NIP. 196708211993012001










PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
A.          Analisis Keragaman Genetik Manggis Menggunakan Teknik Amplified Fragment Length Polymorphism (AFLP)
Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah komoditas buah asli indonesia yang mempunyai prospek sangat baik untuk dikembangkan. Manggis merupakan salah satu buah tropis yang sangat terkenal, dan disebut sebagai Queen of Fruit karena rasa buahnya yang lezat dan banyak digemari .Selain itu, manggis telah lama dimanfaatkan sebagai obat-obatan diantaranya sebagai anti inflamasi ,serta sebagai perlakuan terhadap infeksi dan luka . Perbaikan varietas manggis bertujuan untuk mendapatkan varietas unggul yang diarahkan untuk mempercepat pertumbuhan manggis melalui perbaikan sistem perakaran, cepat berproduksi (genjah), produktivitas tinggi dan kualitas buahnya baik. Pemuliaan tanaman manggis untuk memperbaiki sifat-sifat tersebut terkendala karena tanaman manggis memiliki variabilitas genetik yang rendah dan tidak dimungkinkannya peningkatan variabilitas genetik tanaman manggis melalui persilangan karena bunga jantan mengalami rudimentasi (Widiastuti. A. dkk., 2013).
Berdasarkan data statistic , volume eksport buah mangis tahun 1999 adalah 4.743 ton, sedang kan volume ekspor buah manggis tahun 2008 adalah 9.465 ton atau meningkat 100% dalam 10 tahun. Ekspor buah manggis menempati urutan pertama ekspor buah segar keluar negeri selanjutya nenas, mangga , pisang dan papaya . tujuan Negara ekspor buah manggus adalah cina termasuk hongkong dan Taiwan, Malaysia dan singapura , jepang , prancis, belanda dan timur tengah. Luas panen dari tahun ke tahun meningkat terus. Terbukti tahun 1999 luas panen 4.124 ha mengalami peningkatan menjadi 9.352 ha pada tahun 2008 atau meningkat 127% dalam 10 tahun. Begitu juga produksi manggis terus meningkat juga19.174 ton pada tahun 1999 menjadi 78.674 ton pada tahun 2008 atau meningkat 310% dalam 10 tahun        ( Qosim.A.W.,dkk , 2011).
Para peneliti menemukan beberapa keragaman selama di lapang. variasi rasa dan ukuran buah terdapat pada manggis di Asia. Terdapat variabilitas fenotipe pada karakter populasi manggis Sumatera Barat, dan dari hasil analisis isozimnya, populasi manggis tersebut memiliki keragaman genetik meskipun sempit.  keragaman yang ada pada sentra-sentra produksi di Jawa diduga merupakan keragaman yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan. Iradiasi sinar gamma pada biji manggis dapat menyebabkan perubahan pada karakter morfologi dan anatomi serta perubahan molekulernya ( Hartuti.F, 2008).
Upaya perbaikan sifat tanaman manggis dengan meningkatkan keragaman genetiknya perlu dilakukan. Seperti telah diketahui, modal dasar pemulian tanaman adalah adanya keragaman yang luas. Dengan adanya variabilitas yang luas, proses seleksi dapat dilakukan secara efektif karena akan memberikan peluang yang lebih besar untuk diperoleh karakter-karkter yang diinginkan. Salah satu alternatif yang dapat diaplikasikan dalam rangka peningkatan variabilitas pada tanaman apomiktik adalah melalui teknik mutasi buatan . Penggunaan radiasi dengan menimbulkan mutasi atau perubahan susunan genetik telah banyak menimbulkan dampak positif terhadap bertambahnya jumlah varietas tanaman baru. Teknik ini memberikan kontribusi dalam meningkatkan keragaman genetik dan diharapkan dari mutan-mutan yang dihasilkan ada yang memiliki karakter unggul (Widiastuti. A. dkk., 2013).
Di Indonesia tanaman manggis tersebar hamper semua  kepulauan . sentra produksi manggis dijawa barat adalah kabupaten tasikmalaya (Puspahyang) , purwakarta (Wanayasa), Bogor (Lewiliang , Jasinga) dan Ciamis (Pangandaran). Spesifikasi  manggis asal puspahiyang yaitu buah berbentuk bulat, rasa segar asam manis , warna kulit buah merah / ungu kecoklatam , warna daging buah putih , degan bobot buah dpat mencapai 8-9 buah/kg, mempunyai aroma yang khas, kulit buahnya keras mengkilat tipis serta tidak terlalu banyak getahnya  ( Qosim.A.W.,dkk , 2011).
Tanaman manggis Masa juvenil yang sangat panjang, dimana lambatnya pertumbuhan diantaranya disebabkan oleh buruknya sistem perakaran, penyerapan hara dan air lambat, rendahnya laju fotosintesis dan rendahnya laju pembelahan sel pada meristem. Biji manggis terbentuk secara apomiktik dan berkembang dari embrio adventif secara aseksual . Regenerasi tanaman manggis yang berlangsung aseksual mengakibatkan variabilitas genetik tanaman ini rendah dan secara genetik tanaman manggis mewarisi sifat tetua betinanya berdasarkan studi Randomly Amplified DNA Fingerprinting (RAF) terhadap 37 aksesi tanaman manggis, 70% menunjukkan tidak adanya variasi. pada 30 tanaman manggis yang berasal dari daerah-daerah di Sumatera Barat menyimpukan bahwa variabilitas genetik melalui uji isozim dikategorikan sempit, walaupun beberapa karakter memperlihatkan varibiitas fenotip yang luas (Widiastuti. A. dkk., 2013).
 Keragaman genetik sangat penting bagi tanaman untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang terjadi disekitarnya. Informasi keragaman genetik tanaman pada tingkat, individu, spesies maupun populasi perlu diketahui, sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun strategi konservasi, pemuliaan, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya genetik tanaman secara berkelanjutan. Penilaian keragaman genetik tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan penanda morfologi, biokimia dan molekuler DNA (Zulfahmi, 2013).
Keragaman genetik tanaman sangat penting juga dalam ilmu pemuliaan tanaman. Plasma nutfah sebagai substansi sifat keturunan perlu mendapat perhatian, tidak hanya mengumpulkan dan memeliharanya saja, tetapi juga perlu dilakukan identifikasi (karakterisasi) dan evaluasi keragaman genetic dan fenotipnya      (Nugraha. K.D, 2008).
Studi keragaman genetik dapat dilakukan dengan berbagai marka, misalnya marka morfologi, marka isoenzim, dan marka DNA. Marka DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari genetik, memperkirakan keragaman genetik, menyeleksi tanaman dan ternak berbasis marka, serta membuat peta kloning berbasis gen.Studi keragaman genetik berdasarkan sidik jari DNA dapat dilakukan dengan berbagai metode, bergantung pada tujuan dan kemudahan dalam menginterpretasi data. Metode yang sering digunakan untuk tujuan tersebut ialah yang berbasis polymerase chain reaction (PCR), seperti, randomly amplified polymorphic DNA (RAPD) ,arbitrarily primed PCR (AP-PCR), dan berbasis hibridisasi DNA. Metode biologi molekuler yang berbasis molekul DNA dapat digunakan untuk analisis keragaman, karena masing-masing individu memiliki urutan DNA yang berbeda. Informasi urutan ini dapat digunakan untuk mempelajari perbedaan genetik dan hubungan kekerabatan antara individu dan jenis organism ( Makful.S , 2010).

B.     PENANDA MOLEKULER
Untuk memonitor terkombinasi genom pada tanaman dalam kegiatan pemuliaan tanaman selain dilakukan pengukuran langsung terhadap fenotipe, juga digunakan berbagai penanda, antara lain penanda morfologi dan sitologi. Penanda morfologi adalah penanda yang berdasarkan organ-organ tanaman yang mudah diamati. Namun demikian, penanda ini memiliki kelemahan-kelemahan antara lain sifat penurunan yang dominan atau resesif, dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan mempunyai tingkat keragaman (polimorfisme) rendah serta jumlah yang sedikit. Sedangkan penanda sitologi adalah penanda yang digunakan untuk membantu pemuliaan tanaman melalui ukuran kromosom .Penggunaan penanda sitologi khususnya pola pita kromosom dengan ukuran yang relatife besar , misalnya pada tanaman gandum (Sudarmi, 2013)
Pemakaian penanda molekuler berdasarkan pola pita DNA telah banyak digunakan untuk menyusun kekerabatan beberapa individu dalam spesies maupun kekerabatan antar spesies. Penggunaankekerabatan dapat dijadikan rujukan dalam pemuliaan persilangan untuk mendapatkan keanekaragaman yang tinggi dari hasil persilangan. Penggunaan penanda DNA dapat membantu pelaksanaan pemilihan tetua persilangan yang memiliki perbedaan tinggi secara Genetik  (Syam. R, dkk . 2012).
Markah molekuler adalah suatu penanda pada level DNA yang menawarkan keleluasaan dalam meningkatkan efisiensi pemuliaan konvensional dengan melakukan seleksi tidak langsung pada karakter yang diinginkan, yaitu pada markah yang terkait dengan karakter tersebut. Markah molekuler tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan dapat terdeteksi pada semua fase pertumbuhan tanaman. Oleh karena markah molekuler dapat mengkarakterisasi galur-galur secara langsung dan tepat pada level DNA sehingga dapat dibentuk kelompok heterotik dan pola heterotik, yang dapat memandu para pemulia dalam menyeleksi kandidat tetua hibrida secara cepat, tepat, dan efisien. Selain itu, markah-markah tersebut dapat bermanfaat dalam mengidentifikasi perbedaan tanaman secara individu melalui profilprofil unik secara alelik yang diaplikasikan dalam perlindungan kultivar tanaman                                    ( Marcia. B. dkk.,2016)
Kemajuan dalam bidang bioteknologi, khususnya pada biologi molekuler membuka peluang penggunaannya dalam memecahkan berbagai masalah pemuliaan tanaman. Dalam pemuliaan konvensional menggunakan hasil observasi fenotipe,kadang-kadang didukung oleh statistika yang rumit dalam menyeleksi individu unggul pada suatu populasi tanaman. Namun demikian, tugas ini terkesan sulit karena kerumitan genetika dari sebagaian besar sifat-sifat agronomi dan adanya interaksi yang kuat dengan faktor lingkungan. Oleh karena itu pemuliaan tanaman di masa mendatang akan lebih mengarah kepada penggunaan teknik dan metodologi pemuliaan molekuler dengan menggunakan penanda genetik. Dengan penggunaan “pemuliaan molekuler” ini telah menjanjikan kesederhanaan terhadap kendala dan tantangan dalam pemuliaan tanaman yang rumit. Seleksi tidak langsug dengan menggunakan penanda molekuler yang terikat dengan sifat-sifat yang diinginkan telah memungkinkan studi individu pada tahap pertumbuhan dini, mengulangi permasalahan yang berkaitan dengan seleksi sifat-sifat ganda dan ketidaktepatan pengukuran akibat ekspresi sifat yang disebabkan oleh faktor eksternal lokus genetik ganda (Sudarmi, 2013).
Amplified fragment length polymorphism (AFLP) adalah teknik studi keragaman genetic berdasarkan fragmen pemotongan DNA dan amplifikasi DNA. Teknik ini lebih baik dari teknik RAPD. Pita-pita polimorfisme yang dihasilkan teknik AFLP sekitar 50-100 pita, sedangkan teknik RAPD hanya menghasilkan sekitar 50 pita (Sobir dan Poerwanto 2007). Selain itu data keragaman genetik yang dihasilkan dari teknik AFLP lebih akurat dibandingkan RAPD  Walaupun demikian, RAPD lebih murah dan lebih sederhana dibanding AFLP (Makful.S , 2010).
Kelemahan dari teknik AFLP adalah cara aplikasinya relatif lebih rumit, sehingga memerlukan waktu lebih lama, keterampilan khusus, serta pengadaan alat dan bahan sangat mahal. Teknik ini sedikit rumit karena melibatkan enzim restriksi dan amplifikasi. Prosedur AFLP lebih banyak membutuhkan tenaga dan lebih mahal daripada analisis RAPD, Marka AFLP mirip dengan RAPD, tetapi primernya spesifik dan jumlah pitanya lebih banyak. Marka AFLP dikategorikan 18-25 nukleotida, konsisten denganklasifikasi atas dasar taksonomi dan asal daerah                                  ( Afifah.N. E, 2012).
Analisis keanekaragaman genetik pada prinsipnya bertujuan mengkaji komposisi genetik individu di dalam dan atau antarpopulasi, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya modulasi atau dinamika keanekaragaman genetik dari populasi tersebut. Secara umum keragaman genetic pada suatu populasi dapat terjadi karena gen mengalami mutasi, rekombinasi, dan perpindahan sekelompok populasi dari suatu tempat ke tempat lain .Struktur genetik dari suatu populasi dipengaruhi pula oleh beberapa faktor, seperti besarnya populasi, cara reproduksi individu yang diteliti, aliran gen, dan seleksi alam (Makful.S , 2010).
Kegiatan pengembangan varietas manggis dilakukan melalui studi genetika manggis, meningkatkan keragaman genetik manggis, karakterisasi mutan manggis, penyimpanan tepung sari manggis. Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan maksimal 10 aksesi manggis terdeskripsi dan tervalidasi. Analisis molekuler dilakukan dengan teknik RAPD yang terbagi atas dua kegiatan, yaitu (1) analisis molekuler antar aksesi dari berbagai lokasi, dan (2) analisis molekuler antara tanaman induk dan keturunannya. Bahan analisis digunakan dari desa Sungai Naning, Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat dengan tanaman keturunannya. Hasil observasi morfologi menunjukkan adanya perbedaanbentuk dan warna buah. Bentuk buah yang teridentifikasi adalah bulat, gepeng, memanjang, runcing atau tidak beraturan. Warna buah teridentifikasi adalah kuning muda, kuning, dan hijau. Hasil analisis RAPD menunjukkan bahwa primer OPH-20 memiliki tingkat polimorfisme tertinggi. Keragaman genetik manggis sempit karena umumnya identik dengan induknya (Manuwoto. S. dkk,.2016)
Normal pada makhluk hidup, baik dalam kehidupan tumbuhan, hewan, maupun manusia. Ciri-ciri fisik setiap makhluk hidup yang tampak secara visual dapat mudah dikenali, karena tidak memerlukan alat bantu. Namun ciri fisik dalam aras molekuler hanya dapat dikenali dengan alat-alat bantu atau teknik-teknik pemeriksaan laboratorium tertentu yang memerlukan ketelitian tinggi. Organisme dapat berbeda dalam bentuk individu (polimorfisme fenotip), bentuk organ, enzim (polimorfisme protein), substansi darah (polimorfisme biokimia), dan perbedaan urutan nukleotida (polimorfisme DNA) Studi genetik apomiksis biasa dilakukan dengan cara membedakan karakteristik tanaman induk dengan keturunan-keturunan yang menyimpang. Di lain pihak, studi pada tanaman apomiksis obligat menghadapi kesulitan, karena variabilitas genetic yang rendah dan siklus hidup tanaman yang lama. Untuk itu perlu dibuat teknik merangsang variasi baru, di antaranya transfer apomiksis kepada tanaman amfimiksis . Sebagai langkah awal untuk perbaikan klon manggis informasi dasar variabilitas genetik pada manggis sangat diperlukan untuk menentukan langkahlangkahpemuliaan lebih lanjut. Manggis berkembangbiak secara aseksual melalui jaringan proembrio jaringan ovular yang menghasilkan keturunan sama dengan induknya. Walaupun demikian, masih dimungkinkan adanya variasi genetik tanaman manggis di alam. Berdasarkan uraian tersebut dilakukan penelitian analisis keragaman genetik manggis menggunakan teknik AFLP yang bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik manggis dari beberapa daerah di Indonesia (Makful.S , 2010).
Polimorfisme dalam analisis AFLP berasal dari tiga sumber, yaitu: (1) variasi sekuen pada satu atau kedua tempat restriksi fragmen flanking tertentu, (2) insersi dan delesi dalam amplifikasi fragmen, dan (3) perbedaan dalam sekuen-sekuen nukleotida yang berdekatan terhadap titik restriksi. AFLP memiliki tingkat polimorfisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan RFLP. Keuntungan teknologi AFLP adalah proses PCR yang cepat, menggunakan primer acak, dan tidak membutuhkan informasi sekuen. Keuntungan tersebut membuat AFLP dapat diaplikasikan untuk studi taksonomi secara molekuler, genetika populasi, identifikasi klon, kultivar, konstruksi peta genetik, dan lain-lain. Analisis AFLP juga mempunyai sejumlah keterbatasan, seperti, penanda dominan, terbatasnya tingkat polimorfisme dalam beberapa kultivar, membutuhkan kualitas dan jumlah DNA yang tinggi (Zulfahmi, 2013).
C.     ISOLASI DNA
Genom DNA diisolasi dari Sembilan contoh tanaman manggis, yaitu: 8-(Garcinia sp. manggis hutan-1), 13-(G. mundar), 17- (Garcinia sp. manggis hutan-asam), 19-(G.mangostana Pasarminggu-2), 20-(G. mangostana Pasarminggu-1), 22-(G. mangostana Jayanti-2), 25-(G. malaccensis-Jambi), 26-(G. malaccensis Bukit Kawang Medan PK 1), dan 27-(G.malaccensis Bukit Lang PK 2) dengan prosedur Orozco-Castillo (1994). Sebanyak 0,3 g daun manggis muda dikoleksi dan didinginkan dengan nitrogen cair. Genom total dari sampel jaringan diisolasi ke dalam 2 ml tabung eppendorf. Genom total dicuci dua kali dengan alcohol 70%, dikeringkan dan dilarutkan ke dalam 500 ul buffer TE (100 mM Tris-HCl, 1 Mm EDTA, pH 7,5), kemudian ditambah 20 ul RNAse (10 mg/ml) dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 jam. DNA dipresipitasi dengan 2 volume etanol absolut dan 0,1 volume Na-acetat 3 M. Konsentrasi DNA sampel tersebut dideterminasi dengan elektroforesis pada 1,4% agarose .
D.    ANALISIS AFLP
Metode AFLP mengikuti prosedur standar AFLP analysis system I (cat.no. 10544-013) Gibco BRL Life Technologies. Genom DNA yang berkualitas tinggi sebanyak 0,5 g dipotong dengan sepasang enzim restriksi (Pst I dan Mse I), kemudian diligasi dengan adaptor rantai ganda Pst I dan Mse I. Adaptor dan 1 unit T4 DNA ligase kemudian ditambahkan ke dalam unit reaksi pada suhu 20°C selama 2 jam. Hasil ligasi diencerkan 1:10 dengan buffer TE, kemudian dipakai sebagai cetakan untuk Pre-PCR. Reaksi Pre-PCR terdiri atas 1 ng DNA terligasi, 40 ul PCR-mix, 1 x buffer PCR, dan 1 unit taq polimerase. Polymerase chain reaction-mix diamplifikasi sebanyak 20 kali dengan kebutuhan suhu dan waktu .
Setelah diamplifikasi, produk diencerkan 1:50 dalam buffer TE. Semua sampel secara selektif diamplifikasi dengan 64 kemungkinan kombinasi primer. Amplifikasi yang terpilih terdiri atas 1x buffer PCR, 1 unit taq pol, primer terpilih Eco RI 0,5 μl dan Mse I sebanyak 4,5 μl dan 5 μl diencerkan DNA Pre- PCR dalam 20 μl volume reaksi Pada penelitian ini waktu dan suhu optimum untuk penempelan primer adalah siklus dengan suhu penempelan primer berurut berkurang 2°C setiap dua siklus untuk delapan siklus (63°C x 2,61°C x 2, 59°C x 2, 57°C x 2) dan dilanjutkan 23 siklus dengan suhu penempelan primer 56°C. Hasil produk PCR dielektroforesis pada 7% PAGE, didenaturasi dengan 7 M Urea dan diwarnai dengan silver stained. Ada dan tidaknya pita dinilai dengan skor secara manual         (Makful.S , 2010).


KESIMPULAN
1.  Dari sembilan sampel manggis yang diperoleh dari berbagai lokasi di Indonesia ditemukan adanya keragaman genetik.
2.  Dengan menggunakan analisis klaster pada nilai koefisien kesamaan genetik di atas 75% diperoleh tiga kelompok aksesi manggis, yaitu kelompok 1 Garcinia sp. Sampel 8-(Garcinia sp. Manggis Hutan-1), 13-(G. mundar), 17-(Garcinia sp. Manggis Hutan Asam), kelompok 2 G. mangostana, sampel 19-(G. mangostana Pasarminggu-2), 20-(G. mangostana Pasarminggu-1), 22-(G. mangostana Jayanti-2), dan kelompok 3 G.malaccensis sampel 25-(G. malaccensis- Jambi), 26-(G. malaccensis Bukit Kawang Medan PK 1), dan 27-(G. malaccensis Bukit Lang PK 2), sedang pada nilai koefisien kesamaan genetik 60% sembilan aksesi manggis terkelompok menjadi satu.
3. Informasi variabilitas genetik tersebut dapat dijadikan dasar bagi pemanfaatan plasma nutfah manggis yang ada dalam program pemuliaan manggis.


DAFTAR PUSTAKA
Afifah.N.E.,2012. Makalah  Seminar Penggunaan Penanda Molekuler Untuk Mempercepat Dan Mempermudah Perbaikan Kualitas Tanaman The (Camellia Mensi (L) O.Kunte). UGM. Yogyakarta.

Hartuti. F.2008. studi keragaman morfologi populasi bibit manggis (Garcinia mangostana .L) Asal tempat produksi di kabupaten tasikmalaya IPB. Bogor.

Makful.S, Purnomo. S. 2010. Analisis keragaman genetic Manggis menggunakan teknik Aplified Fragment Length Poly Morphish (AFLP). BPTP. Malang.

Manuwoto.S., Roedy. P., Kusuma . D.,20r16. Pengembangan buah –buahan unggulan Indonesia.

Marcia.B.,Pabondon.M., Azral. F .,Kasim, Madey .M. 2016.Prospek Penggunaan markah molekuler dalam program pemuliaan jagung. BPTS. Lembang.

Nugraha. K.D. 2008. Analisis keragaman Pola pita isozim tanaman manggis (Gercinia Mangostana .L.) Jogorogo. Universitas sebelas maret. Surakarta.

Qosim .A.W.,Neni.R., Ayoni.M.,2011. Variabilitas fenotifk dan kekerabatan tanaman manggis di lima desa kecamatan puspahiyang kabupaten taikmalaya . UNPAD. Bandung.

Sudarmi.2013. Peranan biologi molekuler pada pemuliaan . universitas veteran bangun Nusantaara  sukoharjo.

Syam.R.,Gusti.R.S.,Muzuni. 2012. Analisis variasi genetika jambu mete asal Sulawesi tengah menggunakan merka molekuler AFLP. Penelitian agronomi. Universittas haluoleo.

Widiastuti.A.,Sobir,Muh.R.Suhartanto.2013.analisis keragaman genetika menggis (garcinia mangostana) diradiasi gamma berdasarkan penanda ISSR.

Zulfahmi.2013. penanda DNA untuk analisis genetika tanaman . UIN Sultan Syarifkasin. Riau.